Jumat, 12 Januari 2018

Pasar Mataram Kuna

Pasar Mataram Kuna

Catatan Kecilku
Pendahuluan

            Kegiatan ekonomi merupakan sebuah bentuk dari cara manusia dalam mengatur kehidupan dengan sesamanya. Sejak jaman dahulu kala manusia sudah dituntut untuk bisa memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Kegiatan ekonomi pada awalnya hanya berdasarkan pada kebutuhan hidup semata, namun karena seiring berjalannya waktu maka kebutuhan itu pun bertambah banyak. Sebagai mahkluk sosial, maka interaksi pada sesame manusia sangat memungkinkan untuk terjadinya kegiatan ekonomi yang menyeluruh. Kegiatan ekonomi yang sudah berkembang ini pun membutuhkan sebuah tempat untuk bertemu baik antara penjual dan pembeli agar dapat terjadi transaksi. Berawal dari adanya keinginan untuk menyelenggarakan kegiatan ekonomi di tempat yang disepakati bersama maka muncullah istilah “ pasar “. Pasar merupakan tempat dimana setiap orang akan menemukan apapun yang mereka butuhkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Pasar juga merupakan tempat yang praktis untuk melakukan kegiatan barter atau jual-beli barang. Karena adanya kebutuhan manusia seperti itulah maka diperlukan sebuah tempat/wilayah jual-beli barang dan jasa yang disebut dengan pasar.
            Pasar merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan masyarakat Jawa kuna, yang sampai saat ini belum ada peneliti yang secara khusus meneliti pasar pada masa Jawa kuna. Karena pada umumnya pasar bukan saja tempat jual-beli barang dan jasa melainkan juga sebagai salah satu unsur penggerak roda perekonomian. Berdasarkan beberapa data prasasti ditemukan nama jabatan apakan, apkan, apêkan, mapakan, mapkan, atau mapkan,1) yaitu pejabat yang mengurusi pasar dalam artian “ mantri pasar “ (Boechari 1977 : 9). Penyebutan “ mantri pasar “ bisa dianggap seperti pegawai dinas social dan tenaga kerja. Berarti jika dalam prasasti saja ada penyebutan nama pejabat pasar, maka sudah pasti pada masa Jawa kuna pasar sudah memiliki struktur organisasi yang teratur.


Ilustrasi Pasar Tradisional

Rumusan Masalah

            Mengetahui lokasi pasar pada masa Mataram kuna berdasarkan prasasti Turyyān

Analisis dan Pembahasan

            Hadirnya pasar merupakan salah satu fenomena terpenting dalam sebuah peradaban di masa Jawa kuna. Pasar timbul karena adanya dorongan dari masyarakat yang pada umumnya tinggal di daerah padat penduduk sehingga memungkinkan muncullnya pasar lebih besar dibandingkan dengan daerah yang jauh dari pusat kerajaan. Ada 2 faktor utama yang mendasari lahirnya pasar berdasarkan pada faktor pendukungnya yaitu :
A.    Pasar yang timbul dengan sendirinya, biasanya terdapat ditempat-tempat strategis yang memenuhi syarat, diantaranya letak yang strategis untuk lalu lintas perdagangan, misalnya terdapat di tepi-tepi jalan besar antara 2 desa atau 2 kota, di persimpangan jalan, dan lain sebagainya.
B.     Pasar yang dibangun dengan sengaja, dan berhubungan dengan keinginan penguasa setempat. Pada umumnya di faktor ke 2 ini merupakan keadaan dimana seiring bersamaan dengan pindahnya pusat kekuasaan atau muncullnya sebuah kekuasaan baru, baik tingkat kerajaan maupun tingkat yang lebih rendah. (Sutjipto 1970 : 137-8).
Berdasarkan data prasasti Turyyān disebutkan letak sīma yang dianugrahkan raja kepada 2aη Atu berada di sebelah utara pasar. Kutipan yang memuat hal itu (De Casparis 1984 : 43) adalah sebagai berikut :
(6)…ya ta panānugraha ṡrīmahārāja. Mwaņ tgal kulwan iη lwaḥ lor niη pkan krama nikanaη lmaḥ kulwan iη lwaḥ ya panādaggana saη hyan ka (7) bhaktyan. mwaņ makabwatthajya ikeη saη hyaņ dawuhan tus niη lwah saṅkā ri air lubaη. ikanaη lmaḥ lor hiη pkan maknā kamulālana ika paṅguh (8) han su 3
Artinya :
Itulah anugrah ṡrī mahārāja, berupa tegal di sebelah barat sungai dan di sebelah utara pasar, kemudian di tanah sebelah barat sungai didirikan saη hyaη kabhaktyan, serta yang dijadikan kerja bakti membuat bendungan yang bersumber dari sungai yang berasal dari Air Lubaη. Tanah sebelah selatan pasar yang dijadikan kamulān itu dikenai pajak 3 suwarṇa.
            Jelas sudah bahwa dalam prasasti tersebut menjelaskan bagaimana letak pasar pada masa itu yang berdasarkan anugrah dari ṡrī mahārāja namun karena minimnya data prasasti maka pola pasar pada masa itu sangat sulit untuk diidentifikasi. Jika acuan telaah prasasti didasarkan pada pola pasar pada masa kini maka, dapat kita ibaratkan ada sebuah alun-alun besar dan luas atau dapat berupa lapangan terbuka. Karena kata pkan itu sendiri dimaksudkan merujuk pada lapangan. Jadi besar kemungkinan pkan adalah lapangan yang digunakan sebagai pasar berdasarkan hari-hari pasar tertentu, satu atau dua kali dalam seminggu.

Kesimpulan

            Temuan prasasti sangat jarang yang membahas tentang pasar pada masa Jawa kuna, karena lebih banyak ditemukan isi dari prasasti itu berupa pemberian ṡīma kepada masyarakat disuatu daerah tertentu. Perlu dilakukan telaah mendalam akan adanya bukti temuan prasasti yang memuat tentang pasar-pasar di masa Jawa kuna, karena peranan pasar sangat besar dalam menentukan besar-kecilnya sebuah kerajaan di masa itu. De Casparis juga belum dapat menentukan bagaimana pola dan bentukan dari pasar pada masa Jawa kuna karena data yang ada belum cukup kuat untuk menunjukkan bukti fisik dari pasar tersebut.

Daftar Pustaka

            Boechari, M.
1977a “Manfaat Studi Bahasa dan Sastra Jawa Kuno Ditinjau dari Segi Sejarah      dan Arkeologi”, dalam Majalah Arkeologi I (1):5-23. Jakarta.
1977b “Candi dan Lingkungannya”, dalam MISI VII (2):89-114.
            De Casparis. J.G.
1950 “Incription uit de Çailendra-tijd”, Prasasti Indonesia, Jilid I. Bandung: A.C. Nix & Co.
1956 “Selected Incription from the 7th to the 9th Century A.D.”, Prasasti Indonesia. Jilid II. Bandung: Masa Baru.
1986 “The Evolution of the Socio-Economic Status of the East Javanese Village and Its Inhabitans”, dalam Sartono Kartodirdjo (ed.) Agrarian History:3-24 Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


            

0 komentar:

Posting Komentar