Pasar Mataram Kuna
Catatan Kecilku
Pendahuluan
Kegiatan
ekonomi merupakan sebuah bentuk dari cara manusia dalam mengatur kehidupan
dengan sesamanya. Sejak jaman dahulu kala manusia sudah dituntut untuk bisa
memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Kegiatan ekonomi pada awalnya hanya
berdasarkan pada kebutuhan hidup semata, namun karena seiring berjalannya waktu
maka kebutuhan itu pun bertambah banyak. Sebagai mahkluk sosial, maka interaksi
pada sesame manusia sangat memungkinkan untuk terjadinya kegiatan ekonomi yang
menyeluruh. Kegiatan ekonomi yang sudah berkembang ini pun membutuhkan sebuah
tempat untuk bertemu baik antara penjual dan pembeli agar dapat terjadi
transaksi. Berawal dari adanya keinginan untuk menyelenggarakan kegiatan ekonomi
di tempat yang disepakati bersama maka muncullah istilah “ pasar “. Pasar
merupakan tempat dimana setiap orang akan menemukan apapun yang mereka butuhkan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Pasar juga merupakan tempat yang
praktis untuk melakukan kegiatan barter atau jual-beli barang. Karena adanya
kebutuhan manusia seperti itulah maka diperlukan sebuah tempat/wilayah
jual-beli barang dan jasa yang disebut dengan pasar.
Pasar merupakan salah satu unsur
terpenting dalam kehidupan masyarakat Jawa kuna, yang sampai saat ini belum ada
peneliti yang secara khusus meneliti pasar pada masa Jawa kuna. Karena pada
umumnya pasar bukan saja tempat jual-beli barang dan jasa melainkan juga
sebagai salah satu unsur penggerak roda perekonomian. Berdasarkan beberapa data
prasasti ditemukan nama jabatan apakan,
apkan, apêkan, mapakan, mapkan, atau mapkan,1)
yaitu pejabat yang mengurusi pasar dalam artian “ mantri pasar “ (Boechari 1977
: 9). Penyebutan “ mantri pasar “ bisa dianggap seperti pegawai dinas social
dan tenaga kerja. Berarti jika dalam prasasti saja ada penyebutan nama pejabat
pasar, maka sudah pasti pada masa Jawa kuna pasar sudah memiliki struktur
organisasi yang teratur.
Rumusan Masalah
Mengetahui
lokasi pasar pada masa Mataram kuna berdasarkan prasasti Turyyān
Analisis dan Pembahasan
Hadirnya
pasar merupakan salah satu fenomena terpenting dalam sebuah peradaban di masa
Jawa kuna. Pasar timbul karena adanya dorongan dari masyarakat yang pada
umumnya tinggal di daerah padat penduduk sehingga memungkinkan muncullnya pasar
lebih besar dibandingkan dengan daerah yang jauh dari pusat kerajaan. Ada 2
faktor utama yang mendasari lahirnya pasar berdasarkan pada faktor pendukungnya
yaitu :
A. Pasar
yang timbul dengan sendirinya, biasanya terdapat ditempat-tempat strategis yang
memenuhi syarat, diantaranya letak yang strategis untuk lalu lintas
perdagangan, misalnya terdapat di tepi-tepi jalan besar antara 2 desa atau 2
kota, di persimpangan jalan, dan lain sebagainya.
B. Pasar
yang dibangun dengan sengaja, dan berhubungan dengan keinginan penguasa
setempat. Pada umumnya di faktor ke 2 ini merupakan keadaan dimana seiring
bersamaan dengan pindahnya pusat kekuasaan atau muncullnya sebuah kekuasaan
baru, baik tingkat kerajaan maupun tingkat yang lebih rendah. (Sutjipto 1970 :
137-8).
Berdasarkan
data prasasti Turyyān disebutkan letak sīma yang dianugrahkan raja kepada 2aη
Atu berada di sebelah utara pasar. Kutipan yang memuat hal itu (De Casparis
1984 : 43) adalah sebagai berikut :
(6)…ya ta panānugraha ṡrīmahārāja. Mwaņ tgal
kulwan iη lwaḥ lor niη pkan krama nikanaη lmaḥ kulwan iη lwaḥ ya panādaggana
saη hyan ka (7) bhaktyan. mwaņ makabwatthajya ikeη saη hyaņ dawuhan tus niη
lwah saṅkā ri air lubaη. ikanaη lmaḥ lor hiη pkan maknā kamulālana ika paṅguh
(8) han su 3
Artinya
:
Itulah
anugrah ṡrī mahārāja, berupa tegal di
sebelah barat sungai dan di sebelah utara pasar, kemudian di tanah sebelah
barat sungai didirikan saη hyaη
kabhaktyan, serta yang dijadikan kerja bakti membuat bendungan yang
bersumber dari sungai yang berasal dari Air Lubaη. Tanah sebelah selatan pasar
yang dijadikan kamulān itu dikenai
pajak 3 suwarṇa.
Jelas sudah bahwa dalam prasasti
tersebut menjelaskan bagaimana letak pasar pada masa itu yang berdasarkan
anugrah dari ṡrī mahārāja namun
karena minimnya data prasasti maka pola pasar pada masa itu sangat sulit untuk
diidentifikasi. Jika acuan telaah prasasti didasarkan pada pola pasar pada masa
kini maka, dapat kita ibaratkan ada sebuah alun-alun besar dan luas atau dapat
berupa lapangan terbuka. Karena kata pkan
itu sendiri dimaksudkan merujuk pada lapangan. Jadi besar kemungkinan pkan adalah lapangan yang digunakan
sebagai pasar berdasarkan hari-hari pasar tertentu, satu atau dua kali dalam
seminggu.
Kesimpulan
Temuan
prasasti sangat jarang yang membahas tentang pasar pada masa Jawa kuna, karena
lebih banyak ditemukan isi dari prasasti itu berupa pemberian ṡīma kepada
masyarakat disuatu daerah tertentu. Perlu dilakukan telaah mendalam akan adanya
bukti temuan prasasti yang memuat tentang pasar-pasar di masa Jawa kuna, karena
peranan pasar sangat besar dalam menentukan besar-kecilnya sebuah kerajaan di
masa itu. De Casparis juga belum dapat menentukan bagaimana pola dan bentukan
dari pasar pada masa Jawa kuna karena data yang ada belum cukup kuat untuk
menunjukkan bukti fisik dari pasar tersebut.
Daftar Pustaka
Boechari,
M.
1977a “Manfaat Studi Bahasa dan Sastra Jawa Kuno
Ditinjau dari Segi Sejarah dan
Arkeologi”, dalam Majalah Arkeologi I
(1):5-23. Jakarta.
1977b “Candi dan Lingkungannya”, dalam MISI VII
(2):89-114.
De Casparis. J.G.
1950 “Incription uit de Çailendra-tijd”, Prasasti Indonesia, Jilid I. Bandung:
A.C. Nix & Co.
1956 “Selected Incription from the 7th to
the 9th Century A.D.”, Prasasti
Indonesia. Jilid II. Bandung: Masa Baru.
1986 “The Evolution of the Socio-Economic Status of
the East Javanese Village and Its Inhabitans”, dalam Sartono Kartodirdjo (ed.) Agrarian History:3-24 Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
0 komentar:
Posting Komentar